Beranda

Jumat, 01 April 2011

Perang Ketupat

Perang Ketupat merupakan salah satu ritual upacara masyarakat Tempilang (Kabupaten Bangka Barat).

Nganggung di Pangkalpinang

Sebagai  bagian dari rentang dan rumpun tanah Melayu, Pangkalpinang memiliki beragam adapt istiadat dan budaya. Keanekaragaman etnis dari berbagai nusantara membentuk budaya yang unik dan menarik, serta kesenian tradisional yang terus berkembang pesat. Nganggung, merupakan tradisi gotong royong masyarakat Kota Pangkalpinang dengan membawa makanan lengkap di atas Dulang kuningan yang ditutup dengan tudung saji. Tiap pintu rumah (keluarga) membawa satu dulang yang terbuat dari Kuningan, berisi makanan sesuai dengan status dan kemampuan keluarga tersebut. Tradisi Nganggung  sering juga disebut dengan adat Sepintu Sedulang. Tradisi ini biasanya dilakukan pada upacara upacara keagamaan, seperti hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, Mauludan, Nisfu Sya'ban, dan pada kegiatan  Muharam. Kegiatan Nganggung biasanya dilakukan di Masjid dan di Kota Pangkalpinang sering dilaksanakan Nganggung Akbar di Rumah Dinas Walikota setelah dilaksanakan pawai Taaruf.

Kuburan Cina Sentosa

Kuburan Cina Sentosa dibangun pada tahun 1935, terletak di jalan Soekarno Hatta Pangkalpinang. Luas kompleks sekitar 27 ha. Sampai saat ini terdapat 11.478 makam, yang tertua adalah makam keluarga Boen Pit Liem yang dipugar pada tahun ke-4 setelah pemerintahan Sun Yat Sen, jadi diperkirakan pada tahun 1915. Makam makam Cina ini dibangun dalam bentuk dan arsitektur yang unik dan meraik serta dihiasi dengan tulisan aksara Cina yang indah dan sangat jelas sekali menunjukkan status social ekonomi orang yang dimakamkan. Makam umumnya dibangun pada lokasi perbukitan, hal ini menujukkan penghargaan dan penghormatan yang tinggi orang Cina terhadap leluhur dan nenek moyangnya. Tanah Perkuburan Sentosa merupakan sumbangan dari Marga Boen, menurut tugu pendiri makam yang dibangun tahun 1935, makam ini

Masjid Jamik Pangkalpinang

Masjid Jamik, terletak di jalan Masjid Jamik,merupakan salah satu masjid terbesar dan tertua di Pangkalpinang. Dibangun pada tanggal 3 Syawal 1355 H atau bertepatan dengan 18 Desember 1936 H yang dibuktikan dari tulisan yang masih dapat dilihat pada meja putih terbuat dari marmer, yang letaknya bergeser ke barat pada pekarangan depan masjid sekarang. Luas Majid Jamik ± 900 m² dan dapat menampung jamaah sekitar 2000 orang dibangun di atas lahan seluas 5.662 m². Salah satu keunikan masjid ini adalah antara tangga depan (berbentuk setengah lingkaran) dengan atapnya dihiasi oleh tiang penyangga (ukuran kecil) berjumlah 5 tiang, bisa diartikan sebagai Rukun Islam dan antara tembok depan dengan atapnya dihiasi oleh tiang penyangga kecil sebanyak 6 buah (3 sebelah kanan dan 3 sebelah kiri), dapat diartikan sebagai Rukun Iman. Memiliki empat tiang utama sesuai jumlah Khalifaturrasyidin, lima pintu masuk 3 di depan dan 1 di samping kiri dan 1 di kanan serta terdiri atas 3 undakan atau tingkatan dengan satu kubah dan satu menara.

Mesjid Raya Tuatunu


Masjid Raya Tuatunu merupakan masjid terbesar di Bangka Belitung, terletak di tengah-tengah perkampungan Tuatunu Kelurahan Tuatunu Indah Kecamatan Gerunggang. Diresmikan pada tanggal 20 Maret 2008 oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Bapak Taufik Effendi. Masjid ini dibiayai dari dana Pemerintah Kota. Pangkalpinang, bantuan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan lain-lain.
Masjid Raya Tuatunu merupakan masjid berarsitektur midern dan tradisional yang dilengkapi dengan fasilitas canggih seperti beduk elektronik, fasilitas internet dan lain-lain. Selain sebagai tempat beribadah, masjid ini diharapkan menjadi pusat study Islam dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bernuasa islam.